Kamis, 11 September 2014



Jalan-jalan di suatu kota, tidak lengkap rasanya kalau belum membeli penganan khas atau makanan oleh-oleh dari kota tersebut. Di Semarang, ada beberapa macam jenis makanan khas yang patut dicoba, yaitu bandeng presto, wingko babat, juga lumpianya. Jangan khawatir dan bingung untuk membeli semuanya.

Ada satu kawasan jalan di area Semarang kota yang menjadi kawasan pusat oleh-oleh dan selalu ramai didatangi oleh pembeli. Jalan itu bernama Jalan Pandanaran. Sebenarnya, jalan pandanaran cukup panjang, dari masjid baiturrahman sampai ke area tugu muda dan kawasan oleh-oleh ini bisa kita temui di area yang mengarah menuju tugu muda, tepatnya di lampu lalu lintas sebelum masuk area tugu muda.

Di sini, kita bisa menemukan berderet toko serta pedagang kaki lima yang menjajakan beragam macam oleh-oleh khas Semarang. Dari bandeng Juwana, lalu lumpia semarang, dan juga wingko babat. Harga bervariatif. Di sini ada juga toko pakaian busana muslim. Karena tempat ini selalu ramai dan jalan pun agak sempit, jangan heran kalau hampir setiap hari daerah ini dilanda macet, apalagi kalau jam sibuk di sekitar kawasan pertokoan. Hal itu dikarenakan, banyak mobil yang parkir di sana dan ada juga yang keluar-masuk area tersebut.

Tertarik mencicipi bandeng presto?

Rabu, 10 September 2014



Masjid Kauman merupakan salah satu bukti peninggalan kebudayaan islam di Semarang. Masjid ini terletak di dekat pasar Johar, berada di kawasan Kauman dan dekat pula dengan kawasan pecinan. Bangunan ibadah ini didirikan sekitar abad 16 Masehi oleh Kiai Ageng Pandanaran.

Masjid Kauman sudah berkali-kali mengalami renovasi. Kiai Adipati Surohadimenggolo III, sebagai Bupati Semarang kala itu, memperluas Masjid itu pada tahun 1759-1760. Pembangunan perluasan Masjid ditandai dengan tiga buah inskripsi yang kini masih tertempel di gapura utama masjid yang bertuliskan huruf Jawa, Latin, dan Arab. Tulisannya bahkan masih sangat jelas terbaca walaupun sudah usang dimakan usia.

Masjid kembali direnovasi saat RM Tumenggung Ario Purboningrat berkuasa pada 1867. Lalu, direnovasi lagi pada tanggan 23 April 1889 oleh Asisten Residen Semarang GI Blume dan Bupati R Tumenggung Cokrodipuro. Seorang arsitek berkebangsaan Belanda bernama GA Gambier dipercaya untuk merenovasi Masjid tersebut. Meskipun sekarang telah dibangun MAJT (Masjid Agung Jaw tengah) yang lebih besar dan megah, keberadaan Masjid Kauman tetap dipertahankan. Sampai sekarang, Masjid Kauman tetap dijadikan sebagai tempat penyelenggaraan tradisi Dugderan yang merupakan peringatan awal bulan Ramadan. Sebuah tradisi yang dilakukan secara turun-temurun sejak dahulu kala. 



Masjid Agung Jawa Tengah merupakan Masjid terbesar yang ada di Jawa Tengah. Masjid ini terletak di jalan Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Masjid, yang dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006 itu, memiliki luas sekitar 10 hektar dan dibangun dengan sangat megah. Ada setidaknya 6 payung hidrolik di pelataran MAJT yang mirip seperti payung-payung besar di masjid Nabawi.

Secara arsitektur, Masjid agung Jawa Tengah memadukan 3 unsur kebudayaan, yaitu Jawa, Arab, dan Roma. Gaya arsitektur jawa bisa dilihat dari bagian dasar tiang masjid yang menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Untuk gaya arsitektur Timur Tengah, terihat pada dinding masjid dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi. Dari desain interior, lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan, dan pilar-pilar berwarna ungu yang bertuliskan kaligrafi arab (mirip seperti bangunan coloseum) merupakan pengaruh dari gaya Arsitektur Roma.


Selain Masjid, di kompleks MAJT juga terdapat beberapa bangunan lain seperti convention hall, kios suvenir, kios makanan, gedung perkantoran, perpustakaan, hotel, hingga menara pandang. Ada juga restoran putar di Menara Pandang yang memiliki nama menara Al-Husna ini. Menara Al-Husna berada di ketinggian 99 meter dan menjadi perlambang dari kebesaran serta kemahakuasaan Allah. Di puncak Menara disediakan teropong yang berguna untuk melihat ke area sekeliling area Semarang. Dari sana, kita bisa melihat indahnya kota Semarang.

Untuk masuk ke area MAJT, kita tidak dipungut biaya, kecuali biaya parkir saja. Namun, jika ingin memasuki area lain seperti Menara Al-Husna setidaknya kita harus membayar Rp 3.000 per orang untuk jam kunjungan antara pukul 08.00 - 17.30 WIB. Dan bila datang pada jam 17.30 - 21.00 WIB tarif tersebut berubah menjadi Rp 4.000 per orang. Bagi yang ingin menggunakan teropong di Menara Asmaul Husna, maka harus mengeluarkan ongkos tambahan sebesar Rp 500,- per menit.

Ayo kunjungi MAJT. Sambil beribadah, kita bisa berjalan-jalan pula.

Selasa, 09 September 2014

Anak muda mana yang tidak suka nongkrong? Kebanyakan dari para remaja, atau bahkan mungkin orang-orang dewasa pasti suka nongkrong. Yah, ada kemungkinan juga yang tidak suka nongkrong sih, mungkin menganggapnya buang-buang waktu, tapi... sebagian besar orang senang nongkrong. Berkumpul, bertukar cerita, atau sekedar melihat jalanan saja.



Simpang lima dan kawasan Jalan Pahlawan merupakan area yang cocok untuk nongkrong. Sepanjang jalan Pahlawan merupakan tempat yang ramai dengan pengunjung hanya untuk sekedar berkumpul dan berbincang saja. Tempat ini memang dipersiapkan sebagai tempat nongkrong, sih. Di area ini, kita tidak akan menemukan pedagang kaki lima, melainkan pedagang asongan yang menjajakan berbagai penganan ringan. Dari mulai jagung rebus, kacang rebus, jagung serut, minuman panas, sampai minuman dingin juga ada. Jadi, tidak perlu khawatir kalau banyak bicara di sana, banyak pedagang minuman keliling yang siap sedia menawarkan minuman kalau kita kehausan.

Untuk di area simpang lima sendiri, tempat berkumpul menjadi dua, yaitu lapangan simpang lima serta area kulineran yang ada di pinggir jalan raya. Setelah maghrib, biasanya banyak pedagang kaki lima yang buka dan bisa menjadi destinasi wisata kuliner. Ada berbagai macam makanan yang bisa dipilih di daerah itu. Dan kalau hanya ingin sekedar bermain sepeda atau berkumpul bersama kawan-kawan, bisa dipilih jalan pahlawan atau lapangan simpang lima.

Oh, ya, keramaian kedua kawasan ini dimulai setelah maghrib. Sebelum maghrib, jangan coba-coba untuk memarkir kendaran di sepanjang simpang lima atau jalan pahlawan, bisa-bisa kena tilang. Hati-hati juga sewaktu melewati jalan itu saat malam karena di sana keadaannya cukup ramai.


      Museum merupakan salah satu tempat rekreasi yang memberikan manfaat dari sisi pendidikan sekaligus hiburan. Museum juga bisa dijadikan sebagai tempat penelitian bagi para peneliti. Benda-benda sejarah yang ada di dalam museum memiliki nilai historis yang berguna bagi pembelajaran para pengunjung maupun peneliti. Salah satu Museum yang ada di jawa Tengah ini adalah Musesum Ranggawarsita. Museum ini terletak di pinggir jalan raya persis dekat Bandara Ahmad Yani.



Museum Ranggawarsita memiliki berbagai macam koleksi benda bersejarah dari batu-batu mineral, meteorit, kerangka gajah purba, kain batik, porselen, keris, sampai boneka Nini Towok yang lebih dikenal sebagai boneka Jaelangkung. Koleksi benda sejarah dalam museum ini diperkirakan mencapai ribuan bahkan mungkin puluhan ribu. Museum Ranggawarsita terdiri dari beberapa gedung, yang mana tiap-tiap gedung menjadi tempat penyimpanan di masa tertentu. Seperti misalnya, ada gedung yang berisi barang-barang pra-sejarah, saat era penjajahan, atau bahkan masa sesudah kemerdekaan.

Sebagai tempat wisata sekaligus tempat pembelajar, museum bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik bagi masyarakat. Apalagi biaya masuk museum Ranggawarsita terbilang murah. Pada tahun 2013, tiket untuk anak-anak sekitar Rp 2000, sedangkan untuk orang dewasa sekitar Rp 4000. Murah, kan?

Kita bisa berjalan-jalan sambil menimba ilmu waktu berjalan-jalan di sana.

Senin, 08 September 2014

Kulineran di Semawis

Posted by Unknown in ,



Pasar Semawis merupakan salah satu pasar kuliner yang ada di kawasan pecinan Semarang. Dulunya, pasar ini hanya ada pada kurun waktu tertentu, tapi sekarang, pasar ini bisa dijumpai pada hari jum’at, sabtu, minggu. Semawis akan dibuka sekitar pukul 6 sore dan berakhir sekitar 23.00 WIB.

Di semawis, kita bisa menemukan berbagai macam makanan. Dari mulai siomay, bakmi, sate, sampai sate daging babi juga ada di sini. Untuk makanan-makanan yang mengandung babi, biasanya sudah ada tulisan khusus, sehingga bagi mereka yang muslim bisa menghindari makanan itu.

Awalnya, Pasar Semawis memiliki nama waroeng semawis. Dulunya, pasar semawis merupakan pasar malam di kawasan pecinan yang diadakan beberapa hari menjelang perayaan Imlek tahun 2004, menyusul ditetapkannya tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional. Pasar ini muncul karena ide dari perkumpulan kopi semawis yang merupakan komunitas pecinan semarang untuk wisata.

Berbagai sajian bisa ditemukan di sini Nasi goreng, nasi pecel, nase pela, aneka sate, seafood, soto. Aneka wedhang juga ada seperti wedhang kacang tanah, aneka teh merek tempo doeloe, es conglik. Makanan yang ada di sini sangat disayangkan bila tidak dicoba.


Di masa lalu, Semarang merupakan tempat bertemunya beragam budaya yang jejaknya masih dilihat sampai sekarang. Jika kota lama memiliki nafas atau nuansa kebudayaan Eropa yang kental, di daerah Kauman, kita bisa merasakan suasana budaya Timur Tengah dan Gujarat. Sedangkan di Pecinan, seperti namanya, terdapat gurat jelas jejak dari budaya Tiongkok.

Daerah Pecinan dan Kauman terletak berdampingan, dan sampai sekarang masih ramai serta tetap digunakan untuk kawasan dagang. Di tempat ini, kita bisa menemukan banyak bangunan lama yang berdiri berimpitan, bahkan menyatu antara satu dengan yang lainnya. Walau pun beberapa gedung telah ditinggalkan, tapi banyak juga warga keturunan tionghoa yang tinggal di sana. Kebanyakan berdagang meski tak memungkiri ada juga bekerja di tempat lain.

Selain sebagai kawasan perdagangan, kawasan pecinan juga memiliki beberapa kelenteng. Yang paling terkenal adalah kelenteng Tay Kak Sie yang ada di kawasan pekojan, masuk ke dalam gang Lombok. Sesudah kepindahan warga tionghoa dari simongan, tempat di mana kelenteng Sam Poo Kong berada, Tay Kak Sie didirikan di kawasan pecinan Semarang. Salah satu sebabnya adalah untuk memudahkan peribadatan masyarakat tionghoa waktu itu.

Di era masa kekuasaan Belanda, dulunya kaum tionghoa tidak berada di kawasan pecinan, yang berada di dekat kota lama, melainkan berada di daerah simongan. Simongan terletak di tepi sungai Semarang atau yang sekarang dikenal sebagai kali banjir kanal barat. Di sana merupakan lokasi strategis karena berada di teluk yang menjadi banda besar dengan nama Pragota.

Namun, pada tahun 1740, pemberontakan Cina terhadap pendudukan Belanda yang terjadi di Batavia merembet hingga Semarang. Di sini pun terjadi perlawanan antara masyarakat tionghoa terhadap Belanda, tapi berhasil ditumpas oleh pihak Belanda. Karena itu, untuk memudahkan pengawasan terhadap kaum tionghoa, Belanda pun sengaja memindahkan mereka ke kawasan pecinan yang ada sekarang ini.

Sekarang, setelah jaman kemerdekaan, kawasan ini tetap ramai sebagai kawasan perdagangan. Kita bisa menjumpai toko kain (yang paling terkenal adalah toko jangkrik), toko barang-barang atau alat-alat rumah tangga, toko emas-emasan, sampai toko obat cina seperti klinik pancawarna. Ada juga pasar semawis yang buka tiap hari jum’at, sabtu, minggu, pukul 6 sore sampai malam. Di sini, kita bisa mencicipi kuliner di salah satu jalan di pecinan. Pasar kuliner ini dibuka hampir di sepanjang jalan tersebut dan banyak jenis-jenis makanan yang bisa kita coba.
Copyright © Andre Derabal | Powered by Blogger