Kamis, 25 September 2014


Pekalongan terkenal dengan industri batiknya. Mudah bagi kita untuk menemukan sentra-sentra kerajinan batik di kota ini. Selain itu, kota ini pun berada di kawasan jalur pantura, sehingga lalu lintasnya pun ramai. Selain pantai, Pekalongan pun memiliki destinasi wisata lain yang letaknya di daerah lereng gunung, seperti ekowisata Petungkriyono.


Petungkriyono merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pekalongan, berlokasi di lereng Gunung Ragajambangan pada ketinggian 900-1600 mdpl. Wilayah ini merupakan kawasan sejuk dengan panorama pegunungan yang indah, sehingga cocok untuk tempat berwisata. Dari pusat Kabupaten Pekalongan, Petungkriyono berjarak 30 km dan dapat dicapai dengan kendaraan umum. Sebagai kawasan ekowisata, Petungkriyono merupakan lokasi yang memberikan banyak pilihan untuk memenuhi hasrat berwisata alam. Di kawasan ini pengunjung dapat memperoleh pengalaman melakukan penjelajahan alam dan kegiatan outbound.

Ada lagi Curug Muncar dan Curug Cinde, di mana Curug Muncar masih berada di sekitar kawasan lereng Gunung Ragajambangan, sedangkan Curug Cinde terletak di desa depok kecamatan Lebakbarang. Ada juga Wisata Watu Ireng dang Wisata Alam Lolong, yang masing-masing memiliki cirinya sendiri-sendiri. Seperti Watu Ireng yang memang benar-benar batu hitam besar dengan bagian dalam yang diperkirakan berongga.



Pekalongan sangat terkenal dengan nasi megononya. Nasi Megono sendiri itu apa sih? Sebenarnya sederhana, Nasio megono merupakan nasi yang diberi taburan nangka muda rebus yang telah diurapi dengan parutan kelapa serta bumbu-bumbunya. Megono berasal dari kata ‘mergo’ atau sebab dan ‘ono’, artinya ada.  

Bahan dasar nasi megono adalah nangka muda dan kelapa. Jika nangka sulit dapat, biasanya digunakan rebung sebagai penggantinya. Nangka muda dicacah hingga kecil-kecil kemudian direbus. Setelah matang dicampur dengan bumbu urap yang terdiri dari parutan kelapa dan bumbu dapur yang dihaluskan seperti bawang putih, bawang merah, cabe, jeruk purut, kencur dan garam. Menghidangkannya cukup sederhana, yaitu nasi putih langsung diberi taburan megono. Dulunya, sebelum nasi megono populer, makanan ini hanya bisa ditemukan di warung-warung makan kelas menengah ke bawah di sepanjang pekalongan hingga batang.


Selain Nasi Megono terdapat juga pindang tetel. Pindang tetel merupakan sayur berkuah berisi tetelan daging sapi dan irisan daun bawang dengan bumbu pindang, yaitu rempah-rempah bercampur kluwak. Makanan ini biasanya disajikan dengan kerupuk pasir, yaitu kerupuk yang digoreng dengan pasri. Jika disajikan dengan kerupuk yang digoreng dengan minyak, dikhawatirkan akan merusak cita rasa dari pindang tetel ini.

Kemudian, ada lagi soto berbumbu tauco, namanya kalau tidak salah tauto. Soto asal Pekalongan yang satu ini menggunakan tauco manis sebagai bumbu dengan isian daging sandung lamur, telur rebus, dan tak lupa emping. Penyajian tauto seperti soto-soto kebanyakan, nasi dengan bihun, daun bawang, lalu disiram dengan kus soto. Setelah itu baru disiram dengan dengan tauto nya, yaitu kedelai yang telah dimasak dan dihaluskan. Dengan tambahan bumbu kedelai ini, kuahnya bertambah harum dengan cita rasa yang khas.

Rabu, 24 September 2014



Dalam dunia perbukuan ada istilah fiksi dan non fiksi. Keduanya adalah kategori bagi buku-buku tersebut, yang mana fiksi merupakan sebuah buku yang didasarkan pada proses imajinasi dan bisa dikatakan buah khayalan dari si pengarang, sedangkan non fiksi merupakan tulisan yang ditulis dan dibuat berdasarkan fakta maupun riset.

Buku-buku fiksi sendiri nantinya terbagi-bagi dalam berbagai macam genre atau yang kita kenal sebagai kriteria dari buku tersebut. Dalam buku fiksi, pembagian genre ini sangat beragam dan banyak. Tak melulu hanya seputar romansa, ada pula fantasi, thriller, misteri, scienc fiction, distopia, utopia, dan lain sebagainya. Bahkan, dalam satu genre sendiri terbagi lagi menjadi beberapa bagian seperti fantasi misalnya, yang bisa terbagi menjadi dark fantasi, high fantasy, maupun low fantasy. Ada juga romansa yang terpecah lagi menjadi pararom. Untuk buku-buku non fiksi sendiri, ada beragam tema yang bisa kita pilih seperti politik, ekonomi, fotografi, komputer, sejarah, dan masih banyak lagi.

Untuk mulai membaca, tidak masalah untuk mengawali dengan genre atau buku yang kita sukai. Semisal, kita suka dengan buku-buku romansa, maka beli atau pinjam banyak-banyak buku romansa. Nah, semakin banyak buku yang kita baca, maka kita akan semakin memahami dan bisa mengerti seperti apa jalan cerita, pemikiran, maupun apa yang ingin disampaikan pengarang dalam ceritanya.

Masing-masing cerita pun berbeda. Ada yang simple, ada juga yang ceritanya kompleks hingga membuat kita harus membacanya dengan konsentrasi tinggi. Namun, yang pasti, membaca itu menyenangkan dan memiliki tahapan-tahapan. Seandainya suka dengan buku-buku ringan, suatu saat nanti pasti akan beralih ke buku-buku berat. Dengan beragamnya bacaan yang kita baca, maka semakin luas dan terbuka pula pemikiran kita.
Rhenald Kasali, pendiri dari rumah perubahan, seorang guru besar pula, mengeluarkan sebuah buku yang berjudul Self Driving terbitan mizan. Buku ini bisa dibilang menarik, mengupas dua macam manusia dari sisi produktivitasnya. Di mana, yang satu diberi istilah driver atau orang yang memiliki inisiatif untuk melakukan suatu gerakan atau perubahan, kemudian yang satunya lagi adalah passenger atau penumpang yang merupakan istilah bagi orang-orang bermental pengikut/inisiatif rendah.




Awalnya, saya hanya iseng saja membuka dan membaca buku ini. Namun, dengan cara penyampaian yang menarik dan enak, buku nonfiksi ini sama sekali jadi tidak terasa menjemukkan. Di beberapa bab awal saja, sudah banyak hikmah yang diambil dari tulisan pak Rhenald, terutama mengenai sosok pemimpin dan yang terpimpin. Di dalam bukunya, dijelaskan mengenai mental seorang driver maupun passenger, di mana driver harus memiliki prinsip untuk bekerja tanpa ada yang menyuruh (memiliki inisiatif), memiliki empati terhadap orang lain (berpikir tentang orang lain), dan kemudian memiliki ketrampilan serta tujuan yang membuat apa yang dikerjakannya terarah, dan yang paling penting, seorang driver harus memiliki tanggung jawab.

Kemudian passenger sendiri dijelaskan memiliki mentalitas yang berkebalikan dengan seorang driver. Seorang penumpang kebanyakan lebih memilih untuk nyaman dengan posisinya, tidak memperhatikan yang lain, bebas untuk melakukan tanpa melihat mobil yang dikemudikannya. Tentu saja, karena dia seorang passenger! Bukan driver!

Di sini, saya merasakan bagaimana Pak Rhenald berusaha untuk mengajak generasi baru untuk terus mengembangkan diri dan meninggalkan mentalitas passenger. Demi mewujudkan generasi yang lebih kuat serta bertahan dari gempuran. Mentalitas pun harus diubah, menjadi generasi yang bisa bertahan serta luwes dalam menghadapi pasar yang ada. Apalagi, beberapa bulan mendatang, Negara ini akan menghadapi pasar bebas ASEAN 2015.

Selasa, 23 September 2014

Mungkin tidak banyak orang yang tahu mengenai museum djamoe Nyonya Meneer yang ada di daerah kaligawe, berseberangan dengan kampus UNISSULA. Museum ini merupakan museum jamu pertama di Indonesia, yang didirikan pada 18 Januari 1984. Tujuan didirikannya museum jamu ini yaitu sebagai cagar budaya untuk melestarikan warisan budaya leluhur sehingga dapat menjadi media edukasi serta rekreasi untuk generasi muda.
Museum Jamu Nyonya Meneer ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu barang koleksi pribadi Nyonya Meneer dan replika peracikan serta pembuatan jamu secara tradisional. Pada bagian koleksi pribadi Nyonya Meneer, kita dapat melihat foto Nyonya Meneer, koleksi alat-alat yang digunakan Nyonya Meneer pada masa lalu, tempat jamu dari kuningan, dan berbagai koleksi lainnya yang menarik.
Sedangkan pada bagian pembuatan jamu tradisional, kita akan disuguhi mengenai produktivitas jamu, menyangkut produktivitas secara tradisional, termasuk beberapa patung yang menggambarkan produksi jamu dikala itu, serta bagian yang menyajikan barang koleksi pribadi Nyonya Meneer itu sendiri.
Bangunan museum Nyonya Meneer ini menganut gaya rumah jawa. Aksen terasa sekali ketika kita berada di dalam museum. Sekilas, kita akan merasakan suasana pendopo seperti di keraton. Aksen kayu banyak ditemui di setiap sudut ruangan, begitupun dengan perabot seperti lemari, meja, dan lain sebagainya.
Museum ini terbuka untuk umum, bisa datang langsung ke lokasi di atas, namun jika akan datang berkelompok dengan jumlah lebih dari 25 orang diharapkan menghubungi terlebih dahulu 1 minggu sebelumnya. Museum ini buka dari hari Senin-Jumat, pukul 10.00-15.30 WIB. 

Teluk Penyu

Posted by Unknown in , ,

Pantai teluk penyu merupakan salah satu pantai indah di kota Cilcap. Dulunya, di tempat ini terdapat banyak penyu yang hidup dan berkembang biak, sehingga pantai ini dikenal dengan nama teluk penyu. Sayangnya, sekarang penyu-penyu itu sudah jarang terlihat karena adanya lalu lintas kapal pertamina yang membuat penyu-penyu tersebut tidak mau datang kembali ke sana.

Lokasi Teluk Penyu mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Jarkanya sekitar 2 KM dari kota Cilacap ke arah Timur. Pantainya cukup luas, membentang dari utara sampai selatan sekitar 14 hektar dengan hamparan pasir yang luas serta udara sejuk dan ombak pantai selatan yang cukup keras. Tak jauh dari teluk penyu tersebut, kita pun bisa melihat pulau Nusakambangan yang biasanya identik dengan tempat buangan bagi narapidana khusus.

Selain melihat keindahan bentangan pantainya, kita pun bisa memancing atau pun jalan-jalan ke pulau Nusakambangan yang memiliki pantai pasir putih. Hanya dengan naik perahu sewaan yang harganya sekitar 10 ribu – 15 ribuan (karena bbm sekarang mau naik, jadi kemungkinan besar ongkosnya pun bisa naik)/ orang, kita bisa sampai di pantai pasir putih Nusakambangan. Kalau sudah capek berwisata di sana, ada banyak warung-warung makan di sekitar sana yang bisa dicicipi. Ada juga kios-kios suvenir untuk membeli oleh-oleh di sana.

Senin, 22 September 2014

Rumah Cokelat?

Posted by Unknown in , ,
Siapa sih yang tidak kenal cokelat? Makanan yang diolah dari biji kakao ini sangat terkenal dari kalangan anak-anak sampai orang tua. Hampir semua orang suka dengan cokelat. Hampir semua, lho, tidak semua. Makanan yang satu ini memang jadi favorit orang-orang, terutama anak-anak. Selain bisa dicampur di beberapa makanan, manisnya juga disukai oleh anak-anak. Padahal, nyatanya, cokelat asli itu rasanya pahit sekali, lebih pahit dari brotowali kali ya. Dark cokelat yang 80% mengandung kakao saja tidak bisa dimakan secara langsung karena rasa pahitnya yang luar biasa. (Iyalah, lha wong itu, kan, harus diolah lagi untuk bisa dimakan).

Cokelat memiliki beragam macam khasiat. Sekarang tidak hanya dipakai untuk makanan saja, tetapi juga menjadi campuran dalam produk-produk kecantikan yang bisa dipakai oleh kaum hawa dengan bau harum cokelat yang memikat. Nah, olahan-olahan cokelat ini, entah itu makanan atau produk kecantikan mungkin sudah biasa kita temui. Tapi, pernahkah kalian mendengar nama rumah cokelat? Jangan bilang kalau itu cuma rumah yang dicat warna cokelat.

Nggak! Bukan itu maksudku. Tapi, benar-benar rumah cokelat, rumah yang menyediakan berbagai jenis penganan dari cokelat dan kebanyakan cokelat yang dibuat itu dark cokelat. Bagi kalian yang tidak suka dengan cokelat yang terlalu manis, yang beredar di pasaran, kalian mungkin bisa mencoba cokelat-cokelat yang disediakan di rumah cokelat. Variasinya ada banyak, kok. Mulai dari cokelat berisi kacang almond, cokelat rasa durian, green tea, jahe, ada banyak rasanya dan yang paling penting, rasa manisnya pas! Tidak terlalu manis.



Selain cokelat, rumah cokelat yang bertempat di kawasan pleburan barat itu pun ternyata juga buka kafe dengan menu-menu restoran ala barat, juga ada cake dan es krim yang bisa kita cicipi. Harga untuk makanannya bervariasi, atara 10 ribu sampai 20 ribu. Untuk makanan baratnya, berkisari antara 20 – 40 ribuan, sedangkan minumannya ada di atas 10 ribuan. Bisa dibilang, harganya lumayan bersaing dengan rasa yang tidak kalah dengan restoran lainnya.
Copyright © Andre Derabal | Powered by Blogger