Rabu, 17 September 2014

Kudus, kota jenang, terkenal pula dengan makanan olahannya yang terbuat dari daging kerbau. Hal itu tak bisa lepas dari sejarah penyebaran agama Islam di Kudus sendiri. Yang mana, pada waktu itu, ketika Sunan Kudus menyebarkan agama Islam di tanah kudus, beliau melarang bagi umat islam di sana untuk menyembelih sapi. Hal itu tak lain untuk menjaga perasaan masyarakat hindu yang hidup berdampingan dengan kaum muslim. Akhirnya, jadilah kerbau yang disembelih oleh kaum muslimin pada waktu itu. Salah satu contoh olahan dari daging kerbau ini adalah pindang maupun soto kerbau.




Kita tahu sendiri, kerbau merupakan binatang pekerja yang di masa itu dimanfaatkan untuk membajak sawah. Bisa dibayangkan bagaimana alotnya daging kerbau ini kalau dimakan, kan? Namun nyatanya, bila diolah dan dimasak secara khusus, daging kerbau pun akan jadi empuk dan enak dimakan, seperti daging sapi. Sepiring pindang kerbau di sini enak dan sedap dimakan. Harganya pun bisa dibilang murah. Jangan sungkan untuk mencicipi enaknya pindang atau soto kerbau ketika berkunjung ke kota kudus.


Selain pindang kerbaunya, di Kudus pun ada kuliner lainnya yang bernama Garang Asem. Apa itu Garang Asem? Sejenis makanan yang terbuat dari ayam atau daging dan bumbu-bumbu yang dimasak dengan cara dikukus dengan memakai daun pisang sebagai pembungkusnya. Garang Asem sangat segar dan nikmat. Bumbu-bumbunya ada yang dibuat dengan ditumbuk, ada juga yang diiris-iris dan sangat banyak. Sedangkan untuk garang asem yang pernah saya coba di Kudus, bumbunya dipotong-potong dan sangat banyak. Bau makanan ini pun harum dengan kuah santan yang encer.


Makanan ini sangat nikmat bersama nasi hangat. Rasa segar maupun gurihnya. Satu bungkus garang asem berisi beberapa potong bagian ayam, jadi kemungkinan besar gak akan habis dimakan satu orang.

(Foto diambil dari berbagai sumber)

Selasa, 16 September 2014

Goodreads merupakan sebuah wadah media sosial bagi para pecinta buku. Dengan mendaftar di situs goodreads.com maka kita sudah bisa menjadi member sekaligus anggota Goodreads. Untuk para member, disediakan banyak fasilitas yang berkaitan dengan dunia perbukuan, seperti membuak rak buku sendiri, me-rate buku, mereview, maupun berdiskusi dengan sesama anggota grup.


Di dalam Goodreads, anggotanya menyeluruh dari segala penjuru. Namun, ada juga grup-grup besar per Negara yang kemudian bercabang ke grup-grup regional yang lebih kecil lagi. Seperti Grup Goodreads Indonesia yang terbentuk sekitar tahun 2006 atay 2007 dan bercabang menjadi regional-regional kecil seperti Goodreads regional Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan lain-lain.

Dalam komunitas pecinta buku ini, kita bisa berinteraksi dengan sesama anggota, membahas mengenai berbagai jenis genre buku, atau pun jika kita penulis, kita pun bisa membuat promosi buku kita dengan mengirimkan salah satu buku yang kita buat ke anggota Goodreads. Dengan begitu, buku kita bisa di-review oleh anggota Goodreads dan mendapat rating. Namun, bersiap-siaplah dengan bermacam tanggapan dari pembaca, karena tidak semua pembaca menanggapi secara positif buku kita.


Sebagai wadah pecinta buku, Goodreads juga bisa menjadi ajang narsis/pamer ke media sosial lainnya, karena Goodreads bisa tersambung ke twitter dan Facebook kita, sehingga apa yang kita kerjakan di goodreads, semisal membaca buku baru, memberikan review, atau memberikan rate pada suatu buku akan di-update pada buku tersebut. Selain itu, antar anggota goodreads, utamanya yang di wilayah, maka kita juga bisa saling pinjam-meminjam buku. Tapi ingat, untuk menjaga dan merawat baik-baik buku pinjaman tersebut. Jadi... jangan rugi untuk ikut gabung dengan komunitas ini.


Rawa Pening merupakan sebuah danau di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau ini tepatnya berada di cekungan antara Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Danau ini terletak di sekitar Salatiga serta Ambarawa. Luasnya sekitar 2.6 Ha. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sana menggantungkan hidup di danau ini. Ada yang membuka keramba ikan, atau memanfaatkan keindahan danau sebagai tempat wisata, ada pula tempat wisata rawa pening yang bisa dipakai untuk berenang.


Menurut Legenda, Rawa Pening terbentuk dari sebuah mata air kecil yang muncul dari sebuah titik dari batang lidi yang ditancapkan di tanah. Tersebutlah seorang anak kecil bernama Baru Klinting yang merupakan anak dari Ki Hajar serta Nyai Selakanta. Setelah bertahun-tahun tidak dikaruniai anak, Nyai Selakanta pun hamil dan memiliki seorang anak berwujud Naga yang kemudian diberi nama Baru Klinting. Dengan wujudnya seperti itu, Baru Klinting pun menemui Ki Hajar yang tengah bertapa. Awalnya, Ki Hajar ragu mengenai status Baru Klinting sebagai anaknya, tetapi setelah Baru Klinting menunjukkan ‘pusaka’ Baru Klinting, barulah Ki Hajar percaya. Untuk menguatkan keyakinannya, Ki Hajar meminta agar Baru Klinting mengelilingi Telomoyo.

Singkat cerita, Baru Klinting berhasil melingkari Gunung Telomoyo. Kemudian, Ki Hajar pun memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di Bukit Tugur untuk mendapatkan tubuh manusia. Di sinilah, kemudian terjadilah peristiwa tersebut. Tersebutlah sebuah desa yang ada di sekitar bukit Tugur tengah mengadakan bersih desa yang membuat penduduk tersebut membutuhkan buruan supaya bisa dimasak menjadi makanan enak. Setelah seharian berburu dan tidak mendapatkan apa pun, mereka pun menemukan seekor Naga yang tak lain adalah Baru Klinting. 

Orang-orang itu pun membunuh Baru Klinting dan memasak dagingnya. Kemudian setelah itu, seorang anak kecil yang merupakan perwujudan dari Baru Klinting pun muncul di desa tersebut untuk meminta sedikit sedekah dari penduduk di sekitar sana. Namun, bukannya memberi, mereka malah tidak memedulikannya. Dengan keangkuhan watak dan kesombongan mereka, Baru Klinting pun menantang penduduk desa untuk mencabut sebuah lidi yang ia tancapkan di tanah, tapi tak ada yang mampu. Kemudian, ia sendiri yang mencabutnya hingga sebuah banjir besar datang. Dalam peristiwa tersebut, Baru Klinting pun selamat bersama seorang Nenek Tua yang ia selamatkan. Akhirnya, Baru Klinting pun berubah kembali menjadi Naga dan menjaga Rawa Pening.

Legenda kurang lebih mengatakan demikian. Sampai sekarang, Rawa Pening masih terlihat biru dan luas. Keadaannya pun sejuk, karena daratan itu terletak di dekat gunung. Siapa pun yang ke sana pasti tidak akan menyesal pernah datang ke Rawa Pening.

Senin, 15 September 2014





Hal pertama yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata Gua Kreo adalah... Monyet. Eh..., eh, saya tidak bermaksud untuk mengejek atau menghina, atau.. ehm... mengumpat. Tapi memang benar saya keingetan dengan monyet. Memang di wilayah sekitar Gua Kreo ini kita bisa menjumpai begitu banyak ratusan monyet yang sudah ada bahkan semenjak jaman para sunan.

Nama Kreo pada Gua Kreo memiliki arti ‘jagalah’ atau ‘peliharalah’ yang berasal dari kata mangreho. Hal ini tak bisa lepas dari Legenda mengenai Sunan Kalijaga dan para monyet yang ada di sana. Jadi ceritanya, pada waktu itu Sunan Kalijaga sedang mencari kayu jati untuk pembangunan Masjid Agung Demak. Dalam perjalanan tersebut sang Sunan bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian beliau suruh untuk menjaga kayu jati yang dibawanya. Maka dari itulah, area tempat tersebut pun akhirnya menjadi bernama Gua Kreo.

Kawasan Wisata Goa Kreo Semarang ini berada di Dukuh Talun Kacang, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Untuk mencapai mulut Gua, kita diharuskan melewati anak tangga yang cukup banyak dan curam. Selama di perjalanan menuju mulut gua, kita menikmati pemandangan indah di sekitar sekaligus bercanda dengan para monyet. (Iya, itu kalau memang bisa disebut bercanda). Di sini terdapat air terjun yang berasal dari berbagai sumber mata air yang jernih dan tidak kering meski musim kemarau panjang. 

Memang, monyet-monyet yang ada di Goa Kreo ini adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), monyet yang ada di sini termasuk monyet yang cukup jinak, dan bisa bergaul dengan warga di sekitar Goa Kreo. Namun, tetaplah berhati-hati dengan mereka, terutama ketika mereka meminta makanan. Salah-salah, bisa-bisa barang-barang kita diambil oleh monyet-monyet ini. Sebaiknya saat bersiwata kemari, jangan mengenakan sesuatu yang terlalu mencolok, terutama perhiasan.

Selain menikmati keindahan alam serta berteman (iya kali berteman) dengan para monyet, kita bisa melihat seperti apa waduk jatibarang dari tempat tersebut. Waduk ini baru saja selesai dibangun dan bisa menjadi destinasi wisata baru yang bisa dikunjungi.

Beberapa tahun ini, sekitar tahun 2011 sampai sekarang, kawasan Sidomukti semakin dikenal sebagai tempat wisata pegunungan yang sangat bagus. Tak bisa dipungkiri, keindahan alam di pegunungan di desa Sidomukti memang benar-benar indah. Tak ada yang menampik pernyataan tersebut. Orang mengenal Sidomukti mungkin dengan nama lainnya juga, yaitu Umbul Sidomukti. Letaknya berada di desa Sidomukti kecamatan Bandungan, masuk ke kabupaten Semarang. Untuk mencapai tempat ini, kita haru berhati-hati dan piawai membawa kendaraan, karena jalan menuju ke sana agak sempit dan menanjak. Bus besar tidak bisa masuk, mini bus sendiri bisa tapi dengan sopir yang harus terampil.




Di Sidomukti ini, selain bisa menikmati pemandangan alam yang indah. Kita pun dimanjakan dengan banyak fasilitas-fasilitas permainan, seperti Flying fox yang menyeberangi lembah (lintasan Flying fox ini sekitar 110 meter), marine bride (meniti jembatan tali menyebrangi di lembah), ATV dan jalur trekking. Ada juga wisata kedai kopi dan Goa Tirta Murya, kemudian ada kolam renang serta kolam alam yang bisa dinikmati oleh pengunjung.

Taman renang di Umbul Sidomukti terletak di lereng gunung Ungaran dengan Ketinggian 1200 dpl serta diapit jurang di kedua sisinya. Hal itu sengaja dipilih karena keindahan panoramanya, kesegaran udar aserta airnya yang bening.  Lereng gunung Ungaran kaya akan mata air pegunungan yang selalu mengalir sepanjang tahun, salah satunya dari Tuk (mata air) Ngetihan, sehingga dipercaya dapat membuat awet muda. Di sini juga ada Vila yang bisa disediakan Villa bagi para pendatang, sehingga bisa beristirahat dengan nyaman di sana.


Tertarik datang ke sidomukti? Ayo datang dan nikmati keindahan alamnya! Siapa tahu, semua beban atau rasa tertekan jadi hilang setelah melihat keindahan alam di desa ini.

Jumat, 12 September 2014

Awul-awul

Posted by Unknown in ,


Kebanyakan warga sekarang pasti pernah mendengar dua kata ini, ‘Awul-awul’. Apa itu Awul-awul? Awul-awul sebenarnya sejenis dengan pasar murah atau pasar kaget. Keberadaannya tidak permanen, hanya ada sekitar sabtu malam sampai minggu pagi sekitar pukul 9. Dengan berakhirnya Car Free Day, biasanya awul-awul juga akan ikut tutup.

Dulu, sebelum simpang 5 diperbaiki dan diperindah, hampir setiap sabtu malam awul-awul diadakan di sana. Keadaan di sana pasti akan ramai dan macet. Namun, seiring waktu berjalan, terutama setelah kawasan simpang lima dibenahi, awul-awul pun dipindahkan ke sekitar stadion Dipenogoro.



Di awul-awul ini, kita bisa menemukan banyak barang-barang bekas dengan harga yang sangat murah, atau juga barang-barang baru dengan harga miring. Dari mulai yang branded, sampai yang tidak. Dari yang Rp 10.000 1, sampai yang Rp 10.000 3. Ada peralatan rumah tangga, mainan anak-anak, pakaian, gerabah, bisa kita temukan di sini. Tetapi, sangat disarankan untuk teliti dalam membeli, terutama ketika membeli barang-barang yang bekas. Jangan sampai kita menyesal setelah membelinya.

(Foto dari berbagai sumber)

Kampung Nasi

Posted by Unknown in ,

Siapa yang tidak suka nasi? Mayoritas masyarakat Indonesia merupakan pengonsumsi Nasi. Bahkan pada tahun 2013, setidaknya rata-rata beras yang dikonsumsi rakyat negeri ini sekitar 139 kilogram per kapita per tahun atau total 34,05 juta ton per tahun. Jumlah yang cukup besar, kan? Bermacam-macam olahan dari beras pun sangat banyak, ada yang jadi arem-arem, nasi goreng, aneka nasi mulai dari nasi uduk, nasi kuning, nasi bakar, dan lain-lain.

Cara memasak beras supaya menjadi berbagai macam olahan nasi pun bermacam-macam, beberapa dianggap juga agak merepotkan, seperti memasak nasi kuning misalnya. Jika takaran suatu bahan tidak tepat, nasi pun akan terasa tidak enak. Semisal memasak nasi uduk, jika kurang santan dan garam, maka rasanya juga akan hambar dan terasa kurang nikmat.

Karena itu, jika tidak ingin repot-repot memasak aneka macam nasi tersebut, tetapi sangat ingin memakannya, maka datang saja ke kampung nasi. Tempat makan yang bertempat di jalan erlangga raya ini menyediakan segala macam jenis nasi. Mulai dari nasi putih, nasi uduk, nasi kuning, sampai nasi bakar ada di sini. Ada paket murah meriah yang bisa kita coba dengan kisaran harga antara Rp 13.000 – Rp 17.000, itu sudah termasuk nasi + aneka macam lauk. Sangat mengenyangkan. Contohnya seperti nasi uduk Erlangga, harganya (jika memakai nasi uduk) Rp 17.000, sudah ada paha ayam bakar, telur rebus setengah, urab, acara mentimun, serta kering tempe basah, dan sambal.



Jika tidak ingin makan banyak-banyak, bisa pesang pula makanan dan lauk sendiri-sendiri. Harga-harga di sana bisa dikatakan murah, apalagi mengingat porsi makanan yang banyak. Bagaimana? Tertarik untuk makan di Kampung Nasi? Kalau ingin memesan untuk acara-acar kantor, kita pun bisa memesan nasi kotaknya di sini.
Copyright © Andre Derabal | Powered by Blogger