Selasa, 16 September 2014



Rawa Pening merupakan sebuah danau di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Danau ini tepatnya berada di cekungan antara Gunung Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Danau ini terletak di sekitar Salatiga serta Ambarawa. Luasnya sekitar 2.6 Ha. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di sana menggantungkan hidup di danau ini. Ada yang membuka keramba ikan, atau memanfaatkan keindahan danau sebagai tempat wisata, ada pula tempat wisata rawa pening yang bisa dipakai untuk berenang.


Menurut Legenda, Rawa Pening terbentuk dari sebuah mata air kecil yang muncul dari sebuah titik dari batang lidi yang ditancapkan di tanah. Tersebutlah seorang anak kecil bernama Baru Klinting yang merupakan anak dari Ki Hajar serta Nyai Selakanta. Setelah bertahun-tahun tidak dikaruniai anak, Nyai Selakanta pun hamil dan memiliki seorang anak berwujud Naga yang kemudian diberi nama Baru Klinting. Dengan wujudnya seperti itu, Baru Klinting pun menemui Ki Hajar yang tengah bertapa. Awalnya, Ki Hajar ragu mengenai status Baru Klinting sebagai anaknya, tetapi setelah Baru Klinting menunjukkan ‘pusaka’ Baru Klinting, barulah Ki Hajar percaya. Untuk menguatkan keyakinannya, Ki Hajar meminta agar Baru Klinting mengelilingi Telomoyo.

Singkat cerita, Baru Klinting berhasil melingkari Gunung Telomoyo. Kemudian, Ki Hajar pun memerintahkan Baru Klinting untuk bertapa di Bukit Tugur untuk mendapatkan tubuh manusia. Di sinilah, kemudian terjadilah peristiwa tersebut. Tersebutlah sebuah desa yang ada di sekitar bukit Tugur tengah mengadakan bersih desa yang membuat penduduk tersebut membutuhkan buruan supaya bisa dimasak menjadi makanan enak. Setelah seharian berburu dan tidak mendapatkan apa pun, mereka pun menemukan seekor Naga yang tak lain adalah Baru Klinting. 

Orang-orang itu pun membunuh Baru Klinting dan memasak dagingnya. Kemudian setelah itu, seorang anak kecil yang merupakan perwujudan dari Baru Klinting pun muncul di desa tersebut untuk meminta sedikit sedekah dari penduduk di sekitar sana. Namun, bukannya memberi, mereka malah tidak memedulikannya. Dengan keangkuhan watak dan kesombongan mereka, Baru Klinting pun menantang penduduk desa untuk mencabut sebuah lidi yang ia tancapkan di tanah, tapi tak ada yang mampu. Kemudian, ia sendiri yang mencabutnya hingga sebuah banjir besar datang. Dalam peristiwa tersebut, Baru Klinting pun selamat bersama seorang Nenek Tua yang ia selamatkan. Akhirnya, Baru Klinting pun berubah kembali menjadi Naga dan menjaga Rawa Pening.

Legenda kurang lebih mengatakan demikian. Sampai sekarang, Rawa Pening masih terlihat biru dan luas. Keadaannya pun sejuk, karena daratan itu terletak di dekat gunung. Siapa pun yang ke sana pasti tidak akan menyesal pernah datang ke Rawa Pening.

Senin, 15 September 2014





Hal pertama yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata Gua Kreo adalah... Monyet. Eh..., eh, saya tidak bermaksud untuk mengejek atau menghina, atau.. ehm... mengumpat. Tapi memang benar saya keingetan dengan monyet. Memang di wilayah sekitar Gua Kreo ini kita bisa menjumpai begitu banyak ratusan monyet yang sudah ada bahkan semenjak jaman para sunan.

Nama Kreo pada Gua Kreo memiliki arti ‘jagalah’ atau ‘peliharalah’ yang berasal dari kata mangreho. Hal ini tak bisa lepas dari Legenda mengenai Sunan Kalijaga dan para monyet yang ada di sana. Jadi ceritanya, pada waktu itu Sunan Kalijaga sedang mencari kayu jati untuk pembangunan Masjid Agung Demak. Dalam perjalanan tersebut sang Sunan bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian beliau suruh untuk menjaga kayu jati yang dibawanya. Maka dari itulah, area tempat tersebut pun akhirnya menjadi bernama Gua Kreo.

Kawasan Wisata Goa Kreo Semarang ini berada di Dukuh Talun Kacang, Desa Kandri, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Untuk mencapai mulut Gua, kita diharuskan melewati anak tangga yang cukup banyak dan curam. Selama di perjalanan menuju mulut gua, kita menikmati pemandangan indah di sekitar sekaligus bercanda dengan para monyet. (Iya, itu kalau memang bisa disebut bercanda). Di sini terdapat air terjun yang berasal dari berbagai sumber mata air yang jernih dan tidak kering meski musim kemarau panjang. 

Memang, monyet-monyet yang ada di Goa Kreo ini adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), monyet yang ada di sini termasuk monyet yang cukup jinak, dan bisa bergaul dengan warga di sekitar Goa Kreo. Namun, tetaplah berhati-hati dengan mereka, terutama ketika mereka meminta makanan. Salah-salah, bisa-bisa barang-barang kita diambil oleh monyet-monyet ini. Sebaiknya saat bersiwata kemari, jangan mengenakan sesuatu yang terlalu mencolok, terutama perhiasan.

Selain menikmati keindahan alam serta berteman (iya kali berteman) dengan para monyet, kita bisa melihat seperti apa waduk jatibarang dari tempat tersebut. Waduk ini baru saja selesai dibangun dan bisa menjadi destinasi wisata baru yang bisa dikunjungi.

Beberapa tahun ini, sekitar tahun 2011 sampai sekarang, kawasan Sidomukti semakin dikenal sebagai tempat wisata pegunungan yang sangat bagus. Tak bisa dipungkiri, keindahan alam di pegunungan di desa Sidomukti memang benar-benar indah. Tak ada yang menampik pernyataan tersebut. Orang mengenal Sidomukti mungkin dengan nama lainnya juga, yaitu Umbul Sidomukti. Letaknya berada di desa Sidomukti kecamatan Bandungan, masuk ke kabupaten Semarang. Untuk mencapai tempat ini, kita haru berhati-hati dan piawai membawa kendaraan, karena jalan menuju ke sana agak sempit dan menanjak. Bus besar tidak bisa masuk, mini bus sendiri bisa tapi dengan sopir yang harus terampil.




Di Sidomukti ini, selain bisa menikmati pemandangan alam yang indah. Kita pun dimanjakan dengan banyak fasilitas-fasilitas permainan, seperti Flying fox yang menyeberangi lembah (lintasan Flying fox ini sekitar 110 meter), marine bride (meniti jembatan tali menyebrangi di lembah), ATV dan jalur trekking. Ada juga wisata kedai kopi dan Goa Tirta Murya, kemudian ada kolam renang serta kolam alam yang bisa dinikmati oleh pengunjung.

Taman renang di Umbul Sidomukti terletak di lereng gunung Ungaran dengan Ketinggian 1200 dpl serta diapit jurang di kedua sisinya. Hal itu sengaja dipilih karena keindahan panoramanya, kesegaran udar aserta airnya yang bening.  Lereng gunung Ungaran kaya akan mata air pegunungan yang selalu mengalir sepanjang tahun, salah satunya dari Tuk (mata air) Ngetihan, sehingga dipercaya dapat membuat awet muda. Di sini juga ada Vila yang bisa disediakan Villa bagi para pendatang, sehingga bisa beristirahat dengan nyaman di sana.


Tertarik datang ke sidomukti? Ayo datang dan nikmati keindahan alamnya! Siapa tahu, semua beban atau rasa tertekan jadi hilang setelah melihat keindahan alam di desa ini.

Jumat, 12 September 2014

Awul-awul

Posted by Unknown in ,


Kebanyakan warga sekarang pasti pernah mendengar dua kata ini, ‘Awul-awul’. Apa itu Awul-awul? Awul-awul sebenarnya sejenis dengan pasar murah atau pasar kaget. Keberadaannya tidak permanen, hanya ada sekitar sabtu malam sampai minggu pagi sekitar pukul 9. Dengan berakhirnya Car Free Day, biasanya awul-awul juga akan ikut tutup.

Dulu, sebelum simpang 5 diperbaiki dan diperindah, hampir setiap sabtu malam awul-awul diadakan di sana. Keadaan di sana pasti akan ramai dan macet. Namun, seiring waktu berjalan, terutama setelah kawasan simpang lima dibenahi, awul-awul pun dipindahkan ke sekitar stadion Dipenogoro.



Di awul-awul ini, kita bisa menemukan banyak barang-barang bekas dengan harga yang sangat murah, atau juga barang-barang baru dengan harga miring. Dari mulai yang branded, sampai yang tidak. Dari yang Rp 10.000 1, sampai yang Rp 10.000 3. Ada peralatan rumah tangga, mainan anak-anak, pakaian, gerabah, bisa kita temukan di sini. Tetapi, sangat disarankan untuk teliti dalam membeli, terutama ketika membeli barang-barang yang bekas. Jangan sampai kita menyesal setelah membelinya.

(Foto dari berbagai sumber)

Kampung Nasi

Posted by Unknown in ,

Siapa yang tidak suka nasi? Mayoritas masyarakat Indonesia merupakan pengonsumsi Nasi. Bahkan pada tahun 2013, setidaknya rata-rata beras yang dikonsumsi rakyat negeri ini sekitar 139 kilogram per kapita per tahun atau total 34,05 juta ton per tahun. Jumlah yang cukup besar, kan? Bermacam-macam olahan dari beras pun sangat banyak, ada yang jadi arem-arem, nasi goreng, aneka nasi mulai dari nasi uduk, nasi kuning, nasi bakar, dan lain-lain.

Cara memasak beras supaya menjadi berbagai macam olahan nasi pun bermacam-macam, beberapa dianggap juga agak merepotkan, seperti memasak nasi kuning misalnya. Jika takaran suatu bahan tidak tepat, nasi pun akan terasa tidak enak. Semisal memasak nasi uduk, jika kurang santan dan garam, maka rasanya juga akan hambar dan terasa kurang nikmat.

Karena itu, jika tidak ingin repot-repot memasak aneka macam nasi tersebut, tetapi sangat ingin memakannya, maka datang saja ke kampung nasi. Tempat makan yang bertempat di jalan erlangga raya ini menyediakan segala macam jenis nasi. Mulai dari nasi putih, nasi uduk, nasi kuning, sampai nasi bakar ada di sini. Ada paket murah meriah yang bisa kita coba dengan kisaran harga antara Rp 13.000 – Rp 17.000, itu sudah termasuk nasi + aneka macam lauk. Sangat mengenyangkan. Contohnya seperti nasi uduk Erlangga, harganya (jika memakai nasi uduk) Rp 17.000, sudah ada paha ayam bakar, telur rebus setengah, urab, acara mentimun, serta kering tempe basah, dan sambal.



Jika tidak ingin makan banyak-banyak, bisa pesang pula makanan dan lauk sendiri-sendiri. Harga-harga di sana bisa dikatakan murah, apalagi mengingat porsi makanan yang banyak. Bagaimana? Tertarik untuk makan di Kampung Nasi? Kalau ingin memesan untuk acara-acar kantor, kita pun bisa memesan nasi kotaknya di sini.

Kamis, 11 September 2014

Sam Poo Kong

Posted by Unknown in , ,

Berdirinya Klenteng Sam Poo Kong tidak bisa dipisahkan dari sejarah yang menceritakan mengenai kedatangan Laksamana Cheng Ho ke pesisir laut utara pulau Jawa, hingga tiba di daerah simongan, Semarang. Karena salah satu awak kapalnya sakit, Laksamana Cheng Ho akhirnya memutuskan untuk tinggal sementara di daerah Simongan tersebut. Di sana, sembari menunggu kesembuhan awak kapalnya, laksamana Cheng Ho pun menyebarkan agama islam di daerah Semarang.

Untuk memperingati pendaratan Zheng He / Cheng Ho, setiap tahunnya diadakan perayaan yang dimulai dengan upacara agama di kuil Tay Kak Sie, di Gang Lombok. Kemudian dilanjutkan mengarak patung Sam Po Kong di kuil Tay Kak Sie ke Gedong Batu (Klenteng Sam Poo Kong). Patung tersebut kemudian diletakkan berdampingan dengan patung Sam Po Kong yang asli di Gedong Batu.

Tradisi unik ini bermula sejak pertengahan kedua abad ke-19. Saat itu, kawasan Simongan dikuasai tuan tanah yang tamak. Jika hendak berkunjung ke kuil, mereka diharuskan membara uang yang cukup besar. Karena kebanyakan peziarah tak mampu membayar sesuai yang diminta si tuan tanah, maka mereka terpaksa mengalihkan peribadatan ke kuil Tay Kak Sie. Di sana, replika patung Sam Po Kong kemudian dibuat dan diletakkan di dalam kuil Tay Kak Sie. Setiap tanggal 29 atau 30 bulan keenam menurut penanggalan Imlek Cina, patung duplikat tersebut diarak dari Tay Kak Sie ke Gedong Batu yang dimaksudkan agar patung replika tersebut mendapat berkah dari patung asli yang berada di dalam kuil Gedong Batu.

Pada tahun 1879, kawasan Simongan dibeli oleh Oei Tjie Sien. Dia membebaskan lahan tersebut, sehingga para peziarah dapat bersembahyang di kuil Gedong Batu tanpa dipungut biaya apapun dan urusan pengurusan kuil diserahkan kepada Yayasan Sam Po Kong. Pawai Sam Po Kong itu dihidupkan kembali pada tahun 1937 dan terus menjadi daya tarik hingga sekarang.


Jalan-jalan di suatu kota, tidak lengkap rasanya kalau belum membeli penganan khas atau makanan oleh-oleh dari kota tersebut. Di Semarang, ada beberapa macam jenis makanan khas yang patut dicoba, yaitu bandeng presto, wingko babat, juga lumpianya. Jangan khawatir dan bingung untuk membeli semuanya.

Ada satu kawasan jalan di area Semarang kota yang menjadi kawasan pusat oleh-oleh dan selalu ramai didatangi oleh pembeli. Jalan itu bernama Jalan Pandanaran. Sebenarnya, jalan pandanaran cukup panjang, dari masjid baiturrahman sampai ke area tugu muda dan kawasan oleh-oleh ini bisa kita temui di area yang mengarah menuju tugu muda, tepatnya di lampu lalu lintas sebelum masuk area tugu muda.

Di sini, kita bisa menemukan berderet toko serta pedagang kaki lima yang menjajakan beragam macam oleh-oleh khas Semarang. Dari bandeng Juwana, lalu lumpia semarang, dan juga wingko babat. Harga bervariatif. Di sini ada juga toko pakaian busana muslim. Karena tempat ini selalu ramai dan jalan pun agak sempit, jangan heran kalau hampir setiap hari daerah ini dilanda macet, apalagi kalau jam sibuk di sekitar kawasan pertokoan. Hal itu dikarenakan, banyak mobil yang parkir di sana dan ada juga yang keluar-masuk area tersebut.

Tertarik mencicipi bandeng presto?
Copyright © Andre Derabal | Powered by Blogger